Jumat, 22 April 2011

Kewajiban

 Konsep Kewajiban

Dalam pengertian sederhana, Kewajiban adalah utang yang harus dibayar oleh perusahaan. Secara lebih terinci, utang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu yang lalu dan harus dibayar dengan kas, barang, atau jasa, diwaktu yang akan datang. Kewajiban seringkali timbul dari (1) penerimaan barang atau jasa sebelum dilakukan pembayaran (utang usaha, pembelian secara kredit), (2) penerimaan pembayaran sebelum penyerahan barang atau jasa (uang sewa dibayar dimuka) (3) peminjaman dari bank, dan (4) kewajiban untuk membayar gaji atau upah karyawan. 

Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Tanggung jawab untuk bertindak atau melakukan sesuatu merupakan pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk penyerahan uang, aktiva lain, jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Kewajiban biasanya dapat ditentukan jumlahnya atau mudah ditaksir dan dinyatakan dalam satuan uang. Dari segi pembelanjaan, kewajiban merupakan salah satu sumber pembelanjaan untuk memperoleh aktiva perusahaan. Klasifikasi Kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi 2 golongan.

Pertama, Kewajiban Lancar/Jangka Pendek. Kewajiban lancar adalah kewajiban yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan menggunakan aktiva lancar atau pembentukan kewajiban lancar lainnya. Kewajiban ini jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Jangka waktu tahun ini merupakan waktu arbitrer yang banyak dipilih dan digunakan dalam praktik karena sesuai dengan periodisasi akuntansi. Apabila siklus usaha suatu perusahaan berjangka waktu lebih dari satu tahun, maka kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu siklus usaha yang akan datang dapat dianggap sebagai kewajiban lancar. 

Kedua, Kewajiban Jangka Panjang Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Tetapi, bagian kewajiban jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun digolongkan sebagai kewajiban lancar, tahun berikutnya dianggap jangka panjang. Dari sudut nilai ada 2 (dua) macam kewajiban yaitu  (1) jumlahnya telah pasti dan; (2) jumlahnya merupakan taksiran. Disamping itu, kewajiban juga dapat digolongkan menjadi : (1) yang status kewajibannya telah pasti dan; (2) kepastian timbulnya kewajiban masih tergantung pada kejadian di masa datang. 

Dalam beberapa hal, jumlah kewajiban masih belum dapat ditentukan. Walaupun demikian, kewajibannya sendiri sudah pasti ada. Dalam keadaan demikian, jumlah kewajiban harus ditaksir. Kewajiban yang termasuk dalam jenis ini adalah utang beban, dan utang ension.

 
Peangertian Kewajiban

Kewajiban (liabilities), menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
3 karakteristik utama kewajiban :
·         Merupakan kewajiban saat ini yang memerlukan penyelesaian dengan kemungkinan transfer masa depan atau penggunaan kas, barang, atau jasa.
·         Merupakan kewajiban yang tidak dapat dihindari.
·         Transaksi atau kejadian lainnya yang menciptakan kewajiban itu harus telah terjadi.
Jenis –jenis kewajiban ada 3 macam :
1.       Utang Lancar/Kewajiban Lancar/Kewajiban Jangka Pendek /Short Term Liabilities
Utang lancar adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam tempo satu tahun. Contoh : utang dagang, beban yang harus dibayar, utang dagang, utang pajak, pendapatan diterima di muka, dan lain sebagainya.
2.       Utang Jangka Panjang/ Kewajiban Jangka Panjang/ Long Term Liabilities
Utang jangka panjang adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari setahun. Contoh : Utang hipotek, utang obligasi yang jatuh tempo lebih dari setahun, utang pinjaman jangka panjang, dan lain sebagainya.
3.       Utang lain-lain / Other Payable
Perkiraan atau akun ini digunakan untuk mencatat utang lain yang tidak termasuk pada utang lancar dan utang jangka panjang. Contoh : uang jaminan, utang pada pemegang saham, dan lain sebagainya.

Kewajiban lancar

Kewajiban Lancar (current liabilities) adalah kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain (American Institute of Certified Public Accountant – AICPA).

Kewajiban Lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang), dan (2) dengan menggunakan aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain (S.Warren Carl,M.Reeve James,E.Fess Philip, Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, 2006). Kewajiban lancar meliputi utang wesel, utang dagang, pendapatan diterima dimuka, dan biaya yang masih harus dibayar seperti utang gaji (wages payable), utang pajak (taxes payable), utang bunga(interest payable).


Perusahaan harus selalu memperhatikan besarnya kewajiban lancar dalam hubungannya dengan aktiva lancar. Perusahaan yang memiliki kewajiban lebih besar dari aktiva lancar berada dalam posisi yang mengkhawatirkan, karena ada kemampuan perusahaan tersebut tidak akan dapat melunasi kewajiban yang segera harus dibayar. Oleh karena itu, manajemen, kreditur, dan investor biasanya memberi perhatian khusus pada jumlah modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar), dan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar yang disebut rasio lancar (current ratio).

Kas Kecil (Petty cash fund)

1.      KAS KECIL

Dana kas kecil (Petty cash fund) adalah kas yang digunakan untuk melakukan pembayaran atas pengeluaran-pengeluaran kecil/rutin perusahaan/instansi dan meliputi jumlah yang relatif kecil. Dan kas kecil dibentuk dengan terlebih dahulu memperkirakan jumlah kas yang diperlukan perusahaan dari pendanaan semacam itu untuk periode tertentu, seperti satu minggu, satu bulan. Uang dari cek yang diuangkan disimpan oleh petugas kas kecil. Dalam pengendalian, perusahaan biasanya membatasi jumlah maksimum dan jenis pembayaran yang bisa dilakukan dengan dana kas kecil.

Setiap dilakukan pembayaran dari dana kas kecil, petugas bersangkutan mencatat rincian pembayaran pada formulir tanda terima (bon) kas kecil. Dana kas kecil biasanya diisi kembali dalam jangka waktu tertentu atau bila dana tersebut telah habis atau telah mencapai jumlah minimum. Apabila dan kas kecil diganti maka, akun yang didebit ditentukan dengan mengikhtisarkan tanda terima kas kecil. selanjutnya disiapkan suatu cek dengan jumlah total pengeluaran dari kas kecil yang akan dibayarkan kepada petugas kas kecil. Artinya kas kecil di debit hanya ketika dana tersebut dibentuk atau bila jumlahnya ditingkatkan.

Tiap akhir bulan petugas kas kecil harus membuat pertanggungjawaban pengeluaran uang dari dana kas kecil yang dikelolanya. Perlu diingat bahwa penerimaan uang dari manapun sumbernya tidak boleh diterima melalui kas kecil, sumber satu-satunya kas kecil adalah dari bank.


2.      PENYAJIAN KAS DALAM NERACA

Kas merupakan aktiva yang paling liquid atau lancar sehingga dicantumkan pertama kali pada bagian aktiva lancar di neraca. Kebanyakan perusahaan menyajikan hanya satu angka kas dineraca dengan menggabungkan semua akun bank dan kas yang ada.

Kas yang dimiliki perusahaan mungkin lebih dari cukup untuk keperluan operasi. dalam hal ini, perusahaan biasanya menanamkan pada invetasi yang sangat liquid agar dapat memperoleh bunga. investasi semacam ini disebut setara kas (Cash equivalent). Contoh-contoh setara kas adalah obligasi pemerintah, surat utang dari perusahaan pusat yang lazim dan disebut Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Perusahaan yang menanamkan kasnya pada equivalent cash, biasanya melaporkan kas dan setara kas dalam satu jumlah pada neraca. 


3.      RASIO KAS PADA KEWAJIBAN LANCAR

Penggunaan modal kerja dan rasio kewajiban lancar dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan membayar kewajiban lancarnya atau solvensi jangka pendek menjadi tolak ukur untuk mengasumsikan bahwa aktiva lancar non kas akan dikonversi menjadi kas pada saat dibutuhkan untuk membayar kewajiban lancar. Kebanyakan perusahaan, tolak ukur ini bermanfaat dalam menilai solvensi jangka pendek. Akan tetapi, perusahaan yang menghadapi masalah keuangan mungkin akan kesulitan dalam mengkonversi piutang, persediaan dan uang muka menjadi kas pada saat diperlukan.

Dalam hal ini rasio kas terhadap kewajiban lancar lebih bermanfaat dalam menilai kemapuan kreditor untuk menagih piutangnya kepada perusahaan bersangkutan. Rasio ini digunakan dalam keadaan terpuruk perusahaan, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menghentikan usahanya dan hanya kas yang ada di tangan yang bisa digunakan untuk membayar kewajiban pada kreditor. Rasio ini sering disebut rasio hari kiamat (doomsday ratio).

Dalam menghitung rasio kas terhadap kewajiban lancar, kas dan setara kas digunakan sebagai pembilang, seperti diperlihatkan berikut ini:



Karena kebanyakan perusahaan menyimpan kas dan setara kas dalam jumlah yang jauh lebih kecil  dari kewajiban lancar, maka rasio hari kiamat hampir selalu lebih kecil dari satu.

Perbedaan antar perusahaan akan timbul karena perbedaan palsafah management dan gaya operasi. Meski demikian, perbandingan dari waktu kewaktu menunjukan bahwa rasio yang menurun pada umumnya mengindikasikan resiok yang lebih besar bagi kreditor.

 __________________________

Akun bank

1.      AKUN BANK: SIFAT DAN KEGUNAANNYA DALAM PENGENDALIAN INTERN
1.1.   Rekening Bank Perusahaan
Penyimpanan kas perusahaan dalam rekening giro adalah merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalian intern. Karena bank biasanya menggunakan sistem-sistem tertentu untuk mengamankan kas. Selain itu, bank secara periodik memberikan laporan kepada pemegang giro mengenai transaksi-transaksi yang terjadi secara rinci. Agar dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari cara pengawasan ini, perusahaan sebaiknya membuat ketentuan bahwa semua pengeluaran kas dilakukan dengan menggunakan cek (kecuali untuk pengeluaran melalui kas kecil).

Dalam menjalankan pengawasan melalui rekening giro bank, dilakukan melalui dokumen-dokumen berupa : kartu tanda-tangan, bukti setoran, cek dan rekonsiliasi bank.

1.1.1.      Kartu Tanda-tangan
Bank mengisyarakatkan bahwa setiap orang yang diberikan kewenangan menandatangani cek (disebut; pemegang giro) untuk mencantumkan tanda tangan pada kartu tanda tangan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi bank dan pemegang giro dari kemungkinan adanya cek palsu atau cek yang tidak dibuat oleh yang berhak.

1.1.2.      Bukti Setoran
Bukti setoran adalah formulir yang digunakan saat seseorang melakukan penyetoran ke rekening giro tertentu.

1.1.3.      Cek
Untuk mengambil uang dari suatu rekening giro, pemegang giro harus menarik cek. Yaitu perintah kepada bank untuk membayar kepada orang atau perusahaan, sejumlah uang yang tertulis pada cek tersebut. Dalam suatu cek terdapat tiga pihak. Yaitu; 1) Penarik; yaitu penandatanganan cek. 2) Penerima Pembayaran; yaitu pihak yang akan menerima uang, dan 3) Bank; yaitu pihak yang harus melakukan pembayaran.

1.2.   Laporan Bank ( Rekening Koran )
Bank biasanya membuat catatan atas semua transaksi yang berkaitan dengan suatu rekening. Catatan tersebut disebut Laporan Bank (Statement Of Account) atau rekening koran. Laporan Bank dikirim kepada deposan setiap bulan. Laporan Bank berisi saldo awal dan saldo akhir bulan, serta daftar transaksi yang terjadi selama bulan yang bersangkutan. Transaksi tersebut meliputi penyetoran dan penarikan cek (pengambilan), serta penambahan dan pengurangan lain yang dilakukan bank atas rekening giro bank. Setoran didaftar menurut tanggal penyetorannya, sedangkan cek didaftar menurut tanggal pembayaran oleh bank.

1.3.   Rekening Bank Sebagai Pengendalian Terhadap Kas
Rekening bank adalah salah satu alat utama yang digunakan perusahaan untuk mengendalikan kas. Misalnya, perusahaan sering kali menetapkan bahwa semua penerimaan kas pada awalnya disetorkan ke rekening bank. Begitu juga perusahaan biasanya menggunakan cek untuk melakukan semua pembayaran, kecuali dalam jumlah yang kecil. Bila sistem dijalankan maka terdapat dua catatan terpisah atas transaksi kas—satu oleh perusahaan dan satu lagi oleh bank.

Perusahaan dapat menggunakan laporan bank untuk membandingkan transaksi kas yang dicatat dalam catatan akuntansi dengan yang dicatat oleh bank. Saldo kas pada laporan bank biasanya berbeda dari saldo menurut catatan akuntansi.

2.      REKONSILIASI BANK

Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation) adalah daftar transaksi dan jumlahnya yang menyebabkan saldo kas yang dilaporkan pada laporan bank berbeda dengan saldo kas pada pembukuan perusahaan.

Rekonsiliasi biasanya dibagi dalam dua bagian. Bagian pertama dimulai dengan saldo kas menurut laporan bank dan diakhiri dengan saldo yang sesuai (saldo yang benar). Bagian kedua dimulai dengan saldo kas menurut catatan deposan dan diakhiri dengan saldo yang disesuaikan. Jumlah yang disesuaikan dari kedua bagian tersebut harus sama.

Langkah-langkah berikut diperlukan dalam menemukan hal-hal yang perlu di rekonsiliasi dan menentukan saldo kas yang disesuaikan :

1.      Bandingkan setiap setoran yang tercantum pada laporan bank dengan setoran yang belum tercatat yang termasuk dalam rekonsiliasi periode sebelumnyadan dengan bukti setoran atau catatan setoran lainnya. Tambahkan setoran yang belum dicatat oleh bank ke saldo kas menurut laporan bank.

2.      Bandingkan cek yang telah dibayar dengan cek yang masih beredar pada rekonsiliasi sebelumnya dan dengan cek yang dicatat dalam pembukuan. Kurangkan cek beredar yang belum dibayar oleh bank dari saldo kas menurut laporan bank.

3.      Bandingkan memorandum kredit bank dengan ayat-ayat yang terdapat pada jurnal. Misalnya. Bank akan menerbitkan memorandum kredit untuk wesel tagih dan bung yang diterimanya atas nama deposan (pemilik rekening). Tambahkan memorandum kredit yang belum dicatat ke saldo kas menurut bukuan deposan.

4.      Bandingkan memorandum debit dengan ayat-ayat jurnal yang mencatat pembayaran kas. Misalnya bank  biasanya menerbitkan memorandum debit untuk beban administrasi dan biaya penggantian buku cek. Bank juga menerbitkan memorandum debit untuk cek kosong. cek kosong atau cek yang tidak cukup dananya (not sufficient funds – NSF check) dibayar ketika cek tersebut disampaikan ke bank tertarik. Cek kosong atau tolakan biasanya dibebankan kembali ke nasabah bersangkutan sebagai piutang usaha. Kurangkan memorandum debit yang belum dicatat dari saldo kas menurut pembukuan deposan.

Teliti kesalahan-kesalahan yang terdapat pada langkah-langkah di atas. Misalnya jika deposan mencatat suatau angka yang keliru, maka kesalahan tersebut harus ditambahkan atau dikurangkan dari saldo kas menurut pembukuan deposan. begitu juga kesalahan yang dilakukan oleh bank harus ditambahkan atau dikurangkan dari saldo kas menurut laporan bank.

Demi pengendalian yang efektif, rekonsilasi bank harus disiapkan oleh karyawan yang tidak terlibat daalam pencatatan kas. Bila tigas-tugas ini tidak dipisahkan dengan baik, kesalahan mungkin akan terjadi, dan hal itu membuka kemungkinan akan terjadi, dan hal itu membuka kemungkinan terjadinya pencurian atau penyelewengan kas. Misalnya, karyawan yang terlibat pada semua tugas ini  dapat menyiapkan dan menggunakan sendiri cek untuk kepentingan pribadi, mengabaikannya dari pembukuan, dan mengabaikannya dari rekonsilasi bank.

____________________________-